4 Tips Investasi Saat Resesi dan Memilih Instrumen yang Tepat

Resesi bisa terjadi kapan saja dan saat itu terjadi maka perekonomian akan mengalami penurunan. Ketika resesi benar-benar terjadi, ini tidak berarti investasi juga harus ikut berhenti. Investasi saat resesi bisa tetap dilanjutkan dengan selektif memilih instrumennya. 

Investor yang cerdas akan selalu berupaya mencari peluang dalam kondisi apapun termasuk saat resesi. Ada cukup banyak tips yang bisa diikuti dan sebenarnya pilihan instrumennya juga cukup banyak. Berikut diantaranya.

Tips Investasi Saat Resesi

1. Pertimbangkan untuk Berinvestasi di Core Stock

Tips-Investasi-Saat-Resesi

Ketika resesi terjadi, ada banyak investor yang cenderung menarik dirinya sendiri dari pasar saham. Mengapa? Karena selama resesi, saham akan menunjukkan kecenderungan tren yang terus menurun. Sayangnya, pernyataan seperti itu tidak selalu benar.

Sebab, ada beberapa saham yang disebut sebagai blue chip atau core stock yang bahkan bisa bertahan serta memberikan keuntungan pada orang yang berinvestasi. Hal yang perlu diingat juga adalah tidak semua saham yang terkategori core stock itu juga menjanjikan. 

Jadi, kalau ingin investasi saat resesi, usahakan untuk menanam modalnya dilakukan pada perusahaan yang produknya dibutuhkan. Misalnya, pada sektor pelayanan kesehatan dan barang-barang kebutuhan sehari-hari.

2. Pertimbangkan untuk Investasi Properti

Pertimbangkan-untuk-Investasi-Properti

Ketika kondisi perekonomian memburuk, akan ada banyak hal yang mengalami penurunan harga secara drastis termasuk properti. Kalau memang dana mencukupi, sebenarnya ini adalah suatu peluang yang bagus. 

Anda bisa membeli properti tersebut lalu menjualnya kembali pada saat harganya mulai naik dan ekonomi membaik. Tidak menutup kemungkinan Anda akan memperoleh banyak keuntungan dari kesempatan ini.

3. Fokuslah pada Dividen Stock

Fokuslah-pada-Dividen-Stock

Lebih lanjut lagi, pertimbangkan untuk fokuskan perhatian pada dividen stock. Hal ini akan membuat Anda bisa mendapatkan penghasilan pasif secara rutin. Untuk menilai kira-kira perusahaan mana yang mampu memberikan dividen kepada investornya ialah dengan memperhatikan rasio debt to – equity.

Rasio debt to – equity ini merupakan rasio utang terhadap modal. Selain rasio tersebut, perhatikan juga neraca saldonya. Pastikan memilih perusahaan yang neraca saldonya kuat. 

4. Lakukan Investasi Pada Diri Sendiri

Lakukan-Investasi-Pada-Diri-Sendiri

Lebih lanjut lagi dan tidak kalah penting, investasilah pada diri sendiri. Caranya ialah dengan mempelajari kemampuan baru atau dengan menempuh pendidikan lebih lanjut. Ini bisa menjadi modal untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik ke depannya. 

Pilihan Instrumen Investasi Saat Resesi

Pilihan-Instrumen-Investasi-Saat-Resesi.

Ada beberapa instrumen investasi yang memang cocok untuk dilanjutkan, dipilih dan dikoleksi di tengah resesi. Instrumen tersebut bisa memberikan keamanan finansial bahkan ada kemungkinan keuntungannya lebih baik ketika resesi. 

Umumnya, instrumen investasi yang diminati saat terjadi resesi ialah reksadana pendapatan tetap, reksadana pasar uang, emas, deposito dan saham.

1. Reksadana Pendapatan Tetap

Pertama, ada reksadana pendapatan tetap. Dibandingkan dengan jenis reksadana yang lainnya, reksadana pendapatan tetap memiliki risiko yang tinggi namun return yang ditawarkan tentunya juga lebih tinggi. 

Reksadana pendapatan tetap isinya adalah surat utang yang dikeluarkan baik oleh pemerintah maupun perusahaan. Karena merupakan surat utang, maka peminjam dana baik yang berupa perusahaan maupun pemerintah tersebut wajib mengembalikan uang yang dipinjamnya. 

Selain mengembalikan uang yang dipinjam, juga masih ditambah dengan pembayaran bunga kepada investor dan ini juga yang menjadi penyebab mengapa reksadana pendapatan tetap dapat menawarkan kestabilan. 

Terutama di masa resesi, reksadana pendapatan tetap bisa memberikan return yang lumayan besar. Hal ini dikarenakan adanya penurunan suku bunga acuan yang asalnya dari bank sentral dimana tujuannya adalah untuk meringankan beban usaha supaya ekonomi dapat berputar kembali. 

Dengan kata lain, harga surat utang yang terdapat dalam reksadana pendapatan tetap akan mengalami kenaikan nilai pada saat suku bunga acuannya turun. Lalu begitu harga surat utang naik, maka harga reksadana pendapatan tetap juga akan ikut naik secara otomatis. 

2. Reksadana Pasar Uang

Reksadana pasar uang juga menjadi instrumen investasi yang sangat menarik saat resesi. Jenis investasii ini pada dasarnya mirip seperti deposito. Namun harus diakui bahwa reksadana pasar uang tidak menjanjikan keuntungan yang pasti. 

Hanya saja bila melihat pada kinerjanya di masa lalu, instrumen investasi satu ini dinilai bisa memberikan imbal hasil yang lumayan stabil dalam jangka panjang. Bahkan bisa dikatakan bahwa kestabilannya itu tidak berbeda jauh dengan deposito.

Hanya saja yang menjadi keunggulan reksadana pasar uang ialah imbal hasil yang ditawarkan lebih tinggi dan tidak dikenai pajak lagi. Selain itu, reksadana pasar uang ini dapat dicairkan kapan saja tanpa harus menunggu tanggal jatuh tempo serta tidak ada penalti sama sekali. 

Mengingat karakteristik reksadana pasar uang yang seperti itu, instrumen investasi satu ini banyak direkomendasikan untuk dipilih saat masa resesi. Istilahnya, reksadana pasar uang cocok dipilih oleh orang-orang yang ingin menyimpan dana yang dapat dicairkan kapan saja. 

3. Emas

Selanjutnya ada emas. Emas memang sudah sejak dulu menjadi instrumen investasi yang sangat menarik. Jika dilihat dalam jangka waktu yang sangat panjang, harga emas menunjukkan kecenderungan untuk naik per gramnya.

Emas ini menjadi salah satu instrumen yang disukai oleh banyak investor saat tidak ada kepastian dalam ekonomi. Alasannya adalah karena emas dianggap mampu melindungi nilai uang dari kemerosotan yang diakibatkan oleh inflasi. 

Makanya tidak heran jika saat pandemi covid-19 harga emas justru naik secara signifikan. Jadi memang emas bukanlah pilihan yang salah untuk investasi di masa pandemi seperti itu. Hanya saja yang perlu diingat ialah harga emas bisa berfluktuasi 

4. Deposito

Lanjut ke instrumen yang lainnya ada deposito. Deposito pastinya sudah tidak asing di telinga sebagian besar orang. Dari sekian banyak jenis instrumen investasi, bisa dikatakan deposito inilah yang paling stabil. 

Nasabah yang berinvestasi dengan deposito akan diberikan bunga secara tetap setiap tahun oleh pihak bank. Selain itu, nasabah juga akan tetap menerima modal awalnya yang disetorkan saat pertama kali membuka rekening dulu ketika jatuh tempo.

Akan tetapi, walaupun instrumen investasi satu ini adalah yang paling stabil, potensi keuntungannya juga relatif lebih rendah. Dalam setahun saja deposito hanya mampu menghasilkan sekitar 3% hingga 4% return. 

Bukan hanya itu, uang yang menjadi milik nasabah juga belum boleh dicairkan apabila belum jatuh tempo dan jika memaksa menariknya, maka akan dikenai pinalti. Hal ini membuat deposito cocok dipilih dengan tujuan untuk menjaga nilai uang dengan risiko yang rendah saja.

5. Saham

Instrumen investasi saat resesi yang juga banyak direkomendasikan adalah saham. Pasalnya, saat resesi, saham akan mengalami penurunan harga yang cukup curam sehingga resesi menjadi waktu yang tepat untuk mendapatkan sekaligus mengoleksi saham dengan harga yang murah. 

Lalu pada saat kondisi ekonomi sudah membaik kembali, harga saham bisa saja lebih tinggi dari masa saat membeli dulu. Pada saat inilah waktu yang tepat untuk mendapatkan keuntungan dari proses jual beli saham. 

Beberapa instrumen di atas bisa menjadi pilihan saat ingin melakukan investasi saat resesi. Sangat disarankan supaya investasi tidak hanya dilakukan pada satu instrumen saja, melainkan menyebarnya dalam beberapa instrumen sekaligus supaya keuntungannya lebih maksimal. 

Leave a Comment