Cara Menghitung Nilai Residu dan Contoh Kasusnya

Selain laba dan rugi, perusahaan dalam menjalankan usahanya juga mengalami penurunan nilai aset yang telah terpakai. Besarnya nilai penurunan aset atau barang tersebut dapat diketahui dengan cara menghitung nilai residu.

Secara garis besar nilai residu ini berfungsi sebagai hitungan seberapa besar penyusutan atau suatu taksiran terhadap nilai aset tetap serta usia ekonomis yang telah dipergunakan sebelumnya. Untuk lebih jelasnya, simak uraian lengkapnya di bawah ini.

Pengertian Nilai Residu

Pengertian-Nilai-Residu

Nilai residu dapat didefinisikan sebagai jumlah taksiran atau perkiraan yang dapat diperoleh dari suatu entitas di masa sekarang, saat pelepasan aset tertentu setelah dilakukan pengurangan terhadap perkiraan biaya pelepasan, serta telah mencapai usia akhir kemanfaatannya.

Pendapat lain mengatakan bahwa nilai residu adalah nilai yang muncul atau nilai sisa suatu barang yang usia ekonomisnya sudah habis. Dalam dunia akuntansi, nilai residu lebih sering dihitung dengan mengurangi biaya overhead.

Dari kedua definisi nilai residu di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian nilai residu adalah nilai jual kembali yang ada pada sebuah aset saat masanya berakhir atau usia kemanfaatannya sudah habis. Nilai residu ini memiliki beberapa manfaat dalam proses perhitungan biaya penyusutan.

Manfaat Nilai Residu

Manfaat-Nilai-Residu

Dalam penyajian laporan keuangan perusahaan, mengetahui cara menghitung nilai residu untuk menentukan beban penyusutan atau biaya depresiasi menjadi hal penting. Hal itu karena perhitungan nilai residu tersebut dapat memengaruhi kondisi perusahaan.

Adapun yang dimaksud dengan penyusutan atau biaya depresiasi menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) adalah suatu alokasi secara sistematis untuk jumlah yang dapat dikurangi dari suatu aset selama usia penggunaan atau manfaatnya.

Secara langsung maupun tidak langsung, penyusutan dalam periode akuntansi akan masuk ke bagian pendapatan, sehingga memengaruhi besaran laba bersih. Oleh sebab itu, nilai residu sangat bermanfaat untuk mengetahui keuangan perusahaan karena memengaruhi besar kecilnya penyusutan.

Penyajian laporan keuangan juga akan dipengaruhi oleh nilai residu ini. Maka dari itu, sudah menjadi tugas bagi akuntan yang bertanggung jawab di bidang ini untuk melakukan analisa terhadap bukti transaksi yang berlangsung selama pembelian aset.

Cara Menghitung Nilai Residu

Cara-Menghitung-Nilai-Residu

Untuk menghitung nilai residu, dapat dilakukan dengan menghitung biaya penyusutannya. Terdapat 4 metode yang bisa digunakan untuk menghitung nilai residu, yaitu:

Metode Penyusutan Jumlah Angka Tahun

Metode-Penyusutan-Jumlah-Angka-Tahun

Cara pertama yang bisa digunakan untuk menghitung nilai residu adalah dengan metode penyusutan jumlah angka tahun. Metode ini memperlihatkan bahwa setiap tahun nilai penyusutan akan terus mengalami pengurangan.

Proses penghitungan dengan cara ini akan melibatkan nilai residu sebagai salah satu unsurnya. Adapun rumus yang ada dalam metode penyusutan jumlah angka tahun atau sum of years digit metod adalah:

Penyusutan = Sisa Usia Pemakaian : Jumlah Angka Tahun x (Harga Perolehan – Nilai Residu)

Dari rumus di atas juga bisa dihitung nilai residunya. Rumus tersebut menjadi:

Nilai Residu = Harga Perolehan – Penyusutan x Jumlah Angka Tahun : Sisa Usia Pemakaian 

Metode Penyusutan Garis Lurus

Metode-Penyusutan-Garis-Lurus

Metode penyusutan garis lurus adalah metode yang paling banyak digunakan untuk menghitung biaya penyusutan sekaligus cara menghitung nilai residu. Hal ini karena metode ini menampilkan cara yang sederhana dalam perhitungannya.

Fokus  perhitungan dengan metode ini adalah penyusutan dilihat dari fungsi waktunya, bukan dari segi penggunaanya. Oleh sebab itu, diperlukan salvage value saat melakukan perhitungan dengan metode yang satu ini.

Salvage value ini berkaitan erat dengan biaya penyusutan yang ada dalam suatu aktiva tetap.

Adapun rumus biaya penyusutan dengan menggunakan metode penyusutan garis lurus adalah:

Penyusutan = (Harga Perolehan – Nilai Residu) : Usia Ekonomis

Contoh Cara Menghitung Biaya Penyusutan

Pada tanggal 5 Juni 2020 PT Makmur Jaya Abadi melakukan pembelian mesin produksi dengan harga Rp200.000.000,00. Mesin tersebut diperkirakan memiliki usia ekonomis selama 5 tahun dengan nilai residu sekitar Rp50.000.000,00. Lalu, berapa biaya penyusutan mesin untuk setiap tahunnya?

Jawab:

Diketahui bahwa:

Harga perolehan : Rp200.000.000,00

Usia ekonomis : 5 tahun

Nilai residu : Rp50.000.000,00

Penyusutan = (Harga perolehan – Nilai residu) : Usia ekonomis

                        = (Rp200.000.000,00 – Rp50.000.000,00) : 5

                        = Rp150.000.000,00 : 5

                        = Rp30.000.000,00 per tahun

Jadi, besarnya penyusutan mesin yang dibeli PT Makmur Jaya Abadi per tahunnya adalah Rp30.000.000,00.

Contoh Cara Menghitung Nilai Residu

Usia ekonomis sebuah mesin adalah 5 tahun dengan biaya penyusutan sebesar Rp30.000.000,00 per tahun. Mesin tersebut pada awalnya dibeli dengan harga sebesar Rp200.000.000,00. Lalu, berapakah nilai residunya?

Jawab:

Diketahui bahwa:

Harga perolehan : Rp200.000.000,00

Usia ekonomis : 5 tahun

Biaya penyusutan : Rp30.000.000,00 per tahun

Penyusutan     = (Harga perolehan – Nilai residu) : Usia ekonomis

Nilai residu      = Penyusutan x Usia ekonomis – Harga perolehan

                        = Rp200.000.000,00 – Rp30.000.000,00 x 5

                        = Rp200.000.000,00 – Rp150.000.000,00

                        = Rp50.000.000,00

Jadi, nilai residu yang dimiliki oleh mesin tersebut adalah Rp50.000.000,00.

Namun perlu diperhatikan bahwa biasanya nilai residu sudah tercantum dengan jelas pada saat biaya penyusutan diperhitungkan.

Metode Penyusutan Satuan Jam Kerja

Metode-Penyusutan-Satuan-Jam-Kerja

Nilai residu juga dapat diketahui dengan menghitung menggunakan metode penyusutan satuan jam kerja. Nilai residu yang dihitung ini berkaitan dengan harga perolehannya, yakni harga pertama ketika suatu aset dibeli.

Rumus perhitungan biaya penyusutan dengan metode penyusutan satuan jam kerja adalah:

Biaya Penyusutan Per Jam = Harga Perolehan – Nilai Residu + Total Jumlah Jam Kerja

Rumus nilai residu yang bisa diambil dari rumus di atas adalah:

Nilai Residu = Harga Perolehan + Total Jumlah Jam Kerja – Biaya Penyusutan Per Jam

Dari rumus di atas dapat dilihat bahwa nilai residu tidak berkaitan langsung dengan metode penyusutannya, namun nilai tersebut tetap dapat memengaruhi besarnya biaya penyusutan. Hal ini disebabkan adanya variabel yang dipengaruhi oleh nilai residu tersebut.

Metode Hasil Produksi

Metode-Hasil-Produksi

Cara keempat yang bisa digunakan untuk mengetahui nilai residu adalah metode hasil produksi. Besarnya biaya penyusutan akan dapat diketahui dengan menghitung jumlah satuan produk yang dihasilkan dalam kurun waktu tertentu.

Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa nilai depresiasi dari setiap periode yang diketahui dari perhitungan beban depresiasi mengalami perubahan sesuai dengan fluktuasi hasil produksi. 

Rumus yang digunakan untuk menghitung biaya penyusutan sekaligus mengetahui nilai residu dengan metode hasil produksi adalah:

Biaya Penyusutan Per Satuan Produk = (Harga Perolehan – Nilai Residu) : Jumlah Total Produk yang Dihasilkan

Untuk menghitung nilai residu dari rumus di atas dapat dilakukan dengan rumus:

Nilai Residu = Harga Perolehan – Biaya Penyusutan Per Satuan Produk x Jumlah Total Produk yang Dihasilkan

Berdasarkan rumus di atas dapat diketahui bahwa nilai residu erat kaitannya dengan harga saat aset pertama kali dibeli atau harga perolehannya.

Beberapa cara menghitung nilai residu di atas memang secara umum didapatkan dari rumus beberapa metode perhitungan biaya penyusutan. Perlu digarisbawahi bahwasanya tidak semua aktiva memiliki nilai residu, namun peran nilai residu sebagai variabel tetap penting dalam dunia akuntansi.

Leave a Comment