4 Dampak Utang Luar Negeri Terhadap Perekonomian Indonesia

Bagaimana suatu negara bisa menghasilkan uang? Apakah pajak yang dibayarkan oleh penduduk mampu menutupi berbagai anggaran belanja nasional? Tentu tidak, utang luar negeri menjadi pendapatan lain. Lalu apa dampak utang luar negeri terhadap perekonomian Indonesia?

Dengan berhutang, maka Indonesia bisa mewujudkan berbagai pembangunan dan menutupi defisit pendapatan di suatu periode tertentu. Ketika pendapatan yang dimiliki oleh suatu negara tidak cukup untuk membiayai berbagai kebutuhan, maka utang luar negeri menjadi strategi yang umum

Utang Luar Negeri

Utang-Luar-Negeri

Menurut peraturan pemerintah RI nomor 10 tahun 2011 tentang tata cara pengadaan pinjaman luar negeri dan penerimaan hadiah menyebutkan bahwa;

Utang Luar Negeri adalah setiap pembiayaan melalui utang yang diperoleh pemerintah dari pemberi pinjaman Luar Negeri yang diikat melalui suatu perjanjian pinjaman dan tidak berbentuk surat berharga yang harus dibayar kembali dengan persyaratan tertentu.

Negara berkembang biasanya lebih umum dalam bergantung pada utang luar negeri untuk membiayai berbagai kebutuhan nasionalnya. Istilah negara berkembang sendiri merujuk pada berbagai negara dengan kesejahteraan material tingkat rendah.

Dengan mengandalkan pinjaman luar negeri, maka negara – negara tersebut diharapkan mampu mengoptimalkan pembangunan nasional secara lebih strategis. Mulai dari pengadaan infrastruktur yang maksimal, meningkatkan kualitas sarana pendidikan, kesehatan dan lainnya.

Tidak sedikit juga pembangunan infrastruktur yang seluruh dananya diperoleh dari pinjaman luar negeri. Tujuan utama melakukan pinjaman luar negeri ini adalah tidak lain tidak bukan untuk membiayai berbagai belanja negara yang tidak terakomodir oleh pendapatan.

Hampir semua negara di dunia termasuk negara maju juga memiliki utang. Baik pinjaman yang bersumber dari dalam ataupun luar negeri. Namun, tentunya penarikan utang ini arus mempertimbangkan cost and benefits melalui perhitungan yang baik.

Pengaruh utang luar negeri bagi Indonesia sendiri cukup beragam. Ada yang bersifat negatif juga ada yang bersifat positif dengan beragam manfaatnya bergantung pada sektor yang didanainya itu sendiri.

Bentuk-Bentuk Pinjaman Luar Negeri

Pinjaman luar negeri sendiri memiliki berbagai bentuk yang berbeda berdasarkan sumbernya. Dilihat dari sumber perolehannya, berikut beberapa bentuk Utang Luar Negeri;

1. Pinjaman Bilateral

Pinjaman-Bilateral

Pinjaman bilateral adalah utang yang berasal dari hubungan bilateral dua negara, baik yang tergabung dalam CGI (Consultative Group of Indonesia), yaitu konsorsium negara-negara dan lembaga kreditur untuk Indonesia. Maupun secara mandiri (intergoverment).

2. Pinjaman Multilateral

Pinjaman-Multilateral

Sedangkan pinjaman multilateral adalah utang yang bersumber dari berbagai jenis badan atau lembaga ekonomi internasional. Misalnya; Bank Dunia, Asian Development Bank (ADB), Islamic Development Bank (IDB).

3. Pinjaman Sindikasi

Pinjaman-Sindikasi

Yang terakhir ada pinjaman sindikasi yaitu utang yang didapat dari beberapa bank atau lembaga keuangan bukan bank internasional. Pinjaman ini di koordinir oleh satu bank atau lembaga keuangan tertentu yang disebut sindication leader.

Utang jenis ini biasanya terdiri dari jumlah yang besar dan bersifat komersial, contohnya dengan tingkat suku bunga yang mengambang. Syarat dari sindication loan ini tertuang dalam loan aggrement yang merupakan konsensus di antara para pemberi pinjaman.

Faktor Penyebab Adanya Utang Luar Negeri

Faktor-Penyebab-Adanya-Utang-Luar-Negeri

Memiliki utang merupakan sebuah kebijakan yang diambil karena beberapa hal. Berikut ini adalah beberapa alasan suatu negara menarik pinjaman dari luar negeri;

  1. Adanya faktor sosial politik yang memengaruhi pembuat kebijakan.
  2. Ketidakmampuan suatu negara untuk menyiapkan dana untuk kebutuhan masa depan.
  3. Strategi defisit anggaran yang dilakukan suatu negara jika pendapatan nasional tidak mencukupi biaya pembangunan yang perlu dilanjutkan dan belanja negara lainnya.

Dampak Negatif Utang Luar Negeri

Dampak-Negatif-Utang-Luar-Negeri

Salah satu dampak utang luar negeri terhadap perekonomian Indonesia yang bersifat negatif adalah inflasi, yaitu kondisi dimana banyak barang dan jasa mengalami kenaikan harga dalam waktu yang lama dan tidak terkendali.

Inflasi ini diakibatkan oleh tidak seimbangnya arus uang yang beredar dengan barang dan jasa yang ada. Uang yang tersebar di masyarakat lebih banyak dari seharusnya

Utang luar negeri bisa memberatkan APBN, karena harus dibayar beserta bunganya. Hal ini mengakibatkan semakin bertambah juga belanja negara yang dialokasikan untuk melunasi utang tersebut.

Secara sederhana, menarik utang dari luar negeri justru menambah beban anggaran yang harus ditanggung suatu negara.

Dampak Positif Utang Luar Negeri Terhadap Perekonomian Indonesia

Dampak-Positif-Utang-Luar-Negeri-Terhadap-Perekonomian-Indonesia

Pinjaman luar negeri yang dilakukan suatu negara juga berkontribusi pada pembangunan yang ada di negara tersebut. Misalnya Indonesia mulai kembali untuk gencar melakukan berbagai pembangunan dengan mengandalkan modal dari luar negeri.

Utang luar negeri ini juga menjadi dana aman yang bisa menutupi defisit anggaran pada suatu periode tertentu. Maka dari itu, target pembangunan nasional masih tetap bisa dilakukan meski pendapatan negara tidak cukup membiayainya.

Selama utang tersebut masih terkendali dan dialokasikan untuk berbagai kepentingan nasional yang nyata, maka hal tersebut masih termasuk hal yang wajar. Sedangkan secara lebih rinci berikut manfaat dari adanya pinjaman luar negeri;

  1. Sebagai alternatif sumber pembiayaan untuk menutupi gap       
  2. Pendanaan untuk belanja jangka pendek untuk menutupi defisit APBN
  3. Mendorong pemberdayaan produksi industri strategis nasional
  4. Mendukung pembangunan infrastruktur

Perkembangan Utang Luar Negeri Terhadap Perekonomian Indonesia

Perkembangan-Utang-Luar-Negeri-Terhadap-Perekonomian-Indonesia

Dilansir dari halaman daring Kementerian Keuangan, Indonesia sendiri tercatat pada Januari memiliki utang luar negeri sebesar 4.817,5 triliun. jumlah tersebut mungkin terkesan begitu besar, namun menurut UU masih dalam batas normal.

Berdasarkan UU Nomor 17/2003 yang mengatur tentang keuangan negara menyatakan bahwa utang luar negeri harus berada di bawah 60% dari total PDB, dan total utang Indonesia yang disebutkan di atas masih berada di posisi 30% atas PDB.

Indonesia sendiri menerapkan strategi defisit anggaran untuk pengelolaan pinjaman luar negeri. Pada sistem ini, utang merupakan sumber pendanaan yang bisa diandalkan karena pendapatan nasional belum mencukupi biaya belanja negara.

Pembangunan nasional yang sedang dilakukan oleh Indonesia sendiri merupakan sebuah investasi jangka panjang guna menghasilkan dampak baik yang signifikan di masa mendatang. Mulai dari MRT, pembangunan bendungan, jembatan, perbaikan sekolah di desa terpencil dan lainnya.

Dampak utang luar negeri terhadap perekonomian Indonesia bisa dilihat dari semakin maraknya pembangunan nasional seperti yang telah disebutkan di atas. Berbagai sektor dioptimalkan guna memperbesar pendapatan negara di masa depan dengan infrastruktur yang lebih memadai.

Apalagi saat pandemi COVID menerpa dunia, maka utang luar negeri menjadi alternatif bagi Indonesia untuk bisa bertahan di tengah keterpurukkan. Seperti subsidi bahan pokok, pembagian kompensasi bagi masyarakat miskin dan terdampak.

Demi memprioritaskan kebutuhan nasional yang belum bisa tertutupi dengan pendapatan negara maka mengambil pinjaman luar negeri menjadi strategi kebijakan ekonomi yang lebih efektif.

Pendapatan nasional Indonesia sendiri berasal dari pajak, bea cukai, PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak), dan Hibah. Sedangkan belanja negara meliputi belanja pusat, dan daerah yang tersalurkan pada dana desa, proyek infrastruktur, peningkatan kualitas berbagai sektor, dan lainnya.

Dengan memiliki utang dari luar negeri, tentu terdapat banyak dampak utang luar negeri terhadap perekonomian Indonesia baik yang bersifat positif maupun negatif. Selama pinjaman tersebut masih terkendali dan dialokasikan untuk kebutuhan yang riil maka hal ini adalah hal yang aman dan wajar. 

Leave a Comment