Ada banyak istilah yang kerap digunakan ketika membahas tentang investasi, salah satunya adalah capital gain. Capital gain sendiri disebut-sebut sebagai salah satu sumber kebahagiaan para investor. Apakah sebenarnya pengertian capital gain itu?
Pada kesempatan ini akan dijelaskan secara lengkap pengertian dari capital gain, jenis-jenisnya, hingga cara perhitungannya. Sebaiknya baca sampai habis untuk memahami seluruh informasi penting yang disampaikan pada artikel ini.
Memahami Pengertian Capital Gain
Salah satu tujuan dari investasi adalah memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya dari modal yang sudah ditanamkan. Salah satu sumber keuntungan yang didapatkan investor adalah capital gain. Dalam bahasa Indonesia, capital gain disebut dengan keuntungan modal.
Pengertian capital gain sendiri adalah keuntungan yang didapatkan dari hasil penjualan aset investasi, contohnya antara lain obligasi, saham, dan properti. Keuntungan tersebut diperoleh investor karena adanya selisih antara harga jual dengan harga beli.
Selisih yang dimaksud di sini adalah harga jual lebih tinggi dibandingkan dengan harga beli. Jika terjadi sebaliknya, maka disebut dengan capital loss. Baik capital gain maupun capital loss mungkin saja dialami oleh investor dan hal ini juga termasuk dalam salah satu risiko berinvestasi.
Contoh dari capital gain adalah sebagai berikut. Seorang investor membeli satu lot saham dengan harga Rp 3.500.000. Setahun setelah pembelian tersebut, investor menjual saham dengan harga Rp 5.000.000.
Dari contoh di atas, bisa disimpulkan bahwa investor mendapatkan capital gain sebesar Rp 1.500.000 yang merupakan selisih antara harga pembelian di awal dengan penjualan.
Jenis-jenis Capital Gain
Seperti investasi pada umumnya, capital gain terbagi menjadi dua jenis, yaitu capital gain jangka panjang dan jangka pendek. Perbedaan keduanya terletak di waktu, persis seperti nama yang diberikan.
Mari pahami dua jenis capital gain untuk mengetahui perbedaan antara keduanya. Dengan mengetahui perbedaannya, investor akan lebih mudah dalam menentukan mana yang paling sesuai dengan tujuan investasinya.
1. Jangka Panjang
Jenis capital gain yang pertama adalah jangka panjang. Artinya, investor baru akan mendapatkan keuntungan dari investasi yang masanya lebih dari 12 bulan atau satu tahun. Beberapa instrumen investasi yang akan menghasilkan capital gain jangka panjang antara lain:
- Reksa dana
- Surat utang
- Obligasi
- Saham
Beberapa instrumen investasi di atas akan menghasilkan keuntungan setelah 12 bulan. Sementara itu, ada beberapa instrumen investasi lainnya yang menghasilkan keuntungan modal atau capital gain setelah 2 tahun atau 24 bulan. Contohnya adalah investasi properti dan logam mulia.
Capital gain atau keuntungan modal jangka panjang juga dikenakan pajak. Namun nilainya lebih rendah dibandingkan dengan pajak pendapatan. Untuk saat ini, persentase pajak keuntungan modal jangka panjang berkisar antara 15 hingga 20%.
2. Jangka Pendek
Capital gain jangka pendek memiliki sifat yang berbanding terbalik dengan jenis pertama tadi. Keuntungan modal jangka pendek bisa diperoleh investor dengan investasi kurang dari 12 bulan atau 1 tahun.
Contoh instrumen investasi yang bisa memberikan capital gain jangka pendek adalah reksa dana dan saham. Kedua jenis instrumen investasi tersebut memang bisa menghasilkan capital gain jangka pendek maupun jangka panjang.
Aset properti dan logam mulia juga bisa menghasilkan capital gain meski dijual kembali dalam kurun waktu kurang dari satu tahun. Namun faktanya cukup sulit untuk mendapatkan capital gain dalam jangka waktu sesingkat itu.
Berbeda dengan capital gain jangka panjang, perhitungan pajak untuk capital gain jangka pendek disesuaikan dengan nilai pajak penghasilan investor.
Dapat disimpulkan bahwa kedua jenis capital gain baik jangka panjang maupun jangka pendek memiliki perbedaan dalam dua hal. Perbedaan yang pertama jelas dari segi waktu. Sedangkan perbedaan yang kedua adalah peraturan mengenai pengenaan pajak.
Hal yang Berhubungan dengan Capital Gain
Selain pengertian capital gain serta jenis-jenisnya seperti yang telah dijelaskan di atas, investor juga wajib memahami beberapa hal yang berhubungan dengan capital gain. Selengkapnya bisa disimak pada uraian penjelasan di bawah ini.
1. Waktu
Waktu merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhitungkan apabila investor ingin mendapatkan capital gain besar. Semakin lama durasi yang digunakan untuk menyimpan aset, maka akan semakin besar capital gain yang didapatkan.
Beberapa aset seperti emas dan properti selalu mengalami kenaikan harga dari tahun ke tahun. Semakin lama investor mempertahankan aset tersebut, nilai jualnya pun semakin tinggi.
Namun ada hal lain yang perlu diperhatikan, yaitu biaya administrasi. Pasalnya, biaya ini juga berpengaruh terhadap besar kecilnya keuntungan yang didapatkan investor dari modal.
2. Perhitungan Pajak
Capital gain atau keuntungan yang didapat dari penjualan aset dikenai pajak, baik untuk capital gain jangka panjang maupun pendek. Hal ini sebenarnya sudah sempat disinggung pada penjelasan mengenai jenis-jenis capital gain di atas.
Pajak yang harus dibayarkan dari capital gain dikategorikan sebagai pajak penghasilan atau PPh. Besaran pajak yang harus dibayarkan juga bervariasi antara satu orang dengan orang lainnya.
Ada beberapa faktor yang berpengaruh, antara lain golongan PPh, jenis aset, dan jenis instrumen jangka panjang atau pendek. Namun nilai pajak yang harus dibayarkan akan lebih kecil apabila investor mengalami capital loss.
3. Lebih Menguntungkan Dibanding Dividen
Investor sebenarnya memiliki dua sumber penghasilan yaitu dividen dan capital gain. Faktanya, capital gain ini lebih menguntungkan apabila dibandingkan dengan pendapatan dari dividen. Pasalnya, tidak semua perusahaan membagikan dividen kepada para investor.
Dividen juga hanya didapatkan apabila investor memilih jenis investasi saham. Sementara keuntungan yang didapatkan dari instrumen investasi lain cenderung lebih besar, misalnya properti, obligasi, dan reksa dana.
Perbedaan Capital Gain dengan Dividen
Pada penjelasan di atas disebutkan bahwa capital gain lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan dividen. Apakah perbedaan di antara keduanya?
Pengertian capital gain sendiri adalah keuntungan yang didapatkan dari penjualan instrumen investasi. Sementara dividen adalah keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada investor. Untuk lebih memahami perbedaannya, simak beberapa poin di bawah ini.
Capital Gain | Dividen |
Keuntungan didapatkan setelah melakukan penjualan aset. | Pendapatan dihasilkan dari keuntungan perusahaan di mana investor menanamkan modal. |
Dibutuhkan konversi aset menjadi uang untuk mendapatkan keuntungan. | Diperoleh secara berkala dan cenderung stabil tanpa harus ada konversi. |
Penerima capital gain hanyalah pihak yang memiliki aset. | Penerima dividen lebih banyak jumlahnya karena keuntungan perusahaan dibagikan kepada seluruh investor. |
Dikenakan tarif pajak yang bervariasi. | Tarif pajak yang dikenakan bersifat tetap. |
Keuntungan yang didapatkan hanya sekali. | Bisa mendapatkan keuntungan berkali-kali atau setiap kali pembagian dividen. |
Realisasi capital gain ada di tangan pemilik atau investor. | Investor tidak memiliki kendali terhadap waktu dan jumlah pembagian dividen. |
Cara Menghitung Capital Gain
Menghitung capital gain sebenarnya mudah. Langsung saja perhatikan contoh yang ada di bawah ini.
Seseorang membeli properti di tahun 2012 dengan harga Rp 500.000.000 kemudian menjualnya pada 2022 dengan harga Rp 750.000.000. Dalam proses penjualan diperlukan biaya Rp 50.000.000 untuk mengurus surat, notaris, dan agen. Maka perhitungan capital gainnya adalah sebagai berikut.
- Harga jual = Rp 750.000.000
- Harga beli = Rp 500.000.000
- Biaya penjualan = Rp 50.000.000
Maka, dapat disimpulkan bahwa dalam jangka waktu 10 tahun, capital gain yang diperoleh orang tersebut dari aset properti adalah senilai Rp 200.000.000.
Sampai di penghujung artikel ini, apakah sudah paham mengenai pengertian capital gain hingga perhitungannya? Kesimpulannya adalah capital gain memang lebih besar nilainya. Namun keuntungan tersebut hanya terjadi sekali. Pasalnya, setelah penjualan aset, otomatis investor tidak lagi memilikinya.