Kekayaan Chandra Lie Bos Sriwijaya Air, Ini Sumber dan Asetnya

Chandra Lie merupakan salah satu CEO dari perusahaan penerbangan terbesar di Indonesia, Sriwijaya Air Group. Dari perusahaan penerbangan ini, Ia pastinya memperoleh pendapatan yang sangat baik. Banyak orang yang penasaran dengan jumlah harta kekayaan Chandra Lie saat ini.

Apalagi bisnis yang Ia bangun sejak 20 tahun lalu ini sempat dikabarkan akan mengalami kebangkrutan. Namun, sebelum kita membahas kekayaan dari pria asal Pulau Bangka ini, mari kita bahas biografi singkatnya terlebih dahulu.

Mengenal Chandra Lie

Chandra Lie merupakan seorang pengusaha asal Pangkal Pinang, Bangka Belitung. Ia lahir pada 4 April 1965, yang mana Ia baru menginjak usia 58 tahun saat artikel ini dibuat. Pria yang dikenal sebagai orang yang cukup giat sejak kecil ini berhijrah ke Jakarta ketika menginjak SMA.

Di Jakarta, Chandra Lie juga bekerja sampingan ketika mengenyam pendidikan. Ia rajin menabung sebagian uang yang hasilkan dari berbagai pekerjaan sampingan tersebut. Ketika berusia 21 tahun, Ia menjadi sales selama 2 tahun dari sebuah perusahaan garmen.

Tidak hanya berhenti sebagai sales saja, Ia membuka usaha garmennya sendiri. Dikutip dari Kumparan, Chandra memulai bisnis garmen yang awalnya hanya memanfaatkan 7 buah mesin produksi.

Lambat laun, usahanya berkembang dengan pesat, yang mana memiliki sebanyak 150 mesin. Pada tahun 1994, barulah Ia bergelut di bisnis travel. Dari bisnis inilah, Chandra Lie terbesit untuk membuat sebuah perusahaan penerbangan.

Rajawali Tour and Travel yang Ia kembangkan melayani jasa travel dari Bangka ke Pontianak. Kemudian berkembang dengan mengembangkan rute Jambi ke Palembang. Selama menjalankan usaha ini, seluruh pesawat yang digunakan merupakan pesawat sewaan dari berbagai perusahaan.

Sampai akhirnya pada tahun 2000, Ia bersama beberapa rekannya mengurus izin untuk membuat sebuah maskapai penerbangan. 3 tahun kemudian, Sriwijaya Air beroperasi untuk pertama kalinya.

Sumber Kekayaan Chandra Lie

Dari sejarah singkat yang sebelumnya dibahas, kita dapat mengetahui bahwa pengusaha asal Pangkal Pinang ini memiliki dua sumber kekayaan, yaitu Bisnis Garmen dan Sriwijaya Air. Apakah Chandra Lie memiliki sumber kekayaan lainnya? Berikut daftarnya:

1. Bisnis Garmen

Bisnis Garmen

Sumber kekayaan yang pertama adalah bisnis garmen yang Chandra Lie geluti. Kami tidak mendapatkan informasi apakah usaha ini masih beroperasi atau sudah tidak beroperasi lagi.

Informasi yang kami dapat yaitu bisnis ini meraih kesuksesan di jamannya, yang mana mengantarkan pengusaha asal Pangkal Pinang ini membuat sebuah perusahaan penerbangan. Berawal dari 7 buah mesin produksi, hingga memiliki 150 mesin.

2. Sriwijaya Air

Sriwijaya Air

Kekayaan Chandra Lie paling banyak didapatkan dari usaha penerbangannya ini. Sriwijaya Air merupakan perusahaan penerbangan yang dirintis oleh Chandra Lie dan tiga orang lainnya.

Perusahaan ini mengurus izin pada tahun 2000 dan baru mendapat AOC pada tanggal 28 Oktober 2003. Dengan adanya izin tersebut, Sriwijaya Air kemudian memulai operasi pertamanya pada tanggal 10 November 2003.

Bisa dibilang, maskapai penerbangan swasta ini sudah beroperasi hampir selama 20 tahun. Pada awalnya, Chandra Lie mendirikan usaha ini karena kesulitan yang Ia alami ketika pulang kampung dari Jakarta ke Pangkal Pinang. Ia harus menaiki kapal selama 11 jam.

Itupun kalau tidak ada kendala cuaca yang bisa membuat perjalanan semakin lama. Itulah mengapa salah satu rute pulang-pergi pertama dari maskapai ini adalah Jakarta-Pangkal Pinang.

Selain rute tersebut, rute pertama lainnya yang dilayani oleh Sriwijaya Air adalah Jakarta-Jambi, Jakarta-Palembang, dan Jakarta-Pontianak. Di waktu itu, maskapai penerbangan ini hanya memiliki sebuah pesawat saja, yaitu Boeing 737-200.

Setelah itu, Sriwijaya Air berkembang cukup pesat, yang mana menjadi salah satu maskapai penerbangan terbaik di Indonesia. Di puncak kejayaannya, yaitu pada tahun 2016, maskapai penerbangan ini mengoperasikan sebanyak 47 pesawat.

Sayangnya, saat ini Sriwijaya Air hanya memiliki 6 armada saja, yang mana hanya 4 yang beroperasi.

3. NAM Air

NAM Air

Sumber kekayaan Chandra Lie yang ketiga adalah maskapai penerbangan, NAM Air. Maskapai penerbangan yang didirikan pada tahun 2013 ini merupakan anak usaha dari Sriwijaya Air. NAM sebenarnya bukanlah sebuah singkatan.

Nama ini diambil dari nama mendiang ayah Chandra Lie dan Hendry Lie, yaitu Lo Kui Nam. Hal tersebut dilakukan oleh Lie bersaudara untuk menghormati dedikasi sang ayah ketika masih hidup.

Fungsi didirikannya NAM Air adalah untuk membuat sebuah perusahaan penerbangan dengan segmentasi yang berbeda. Awalnya, maskapai penerbangan ini didesain untuk menjadi sebuah full service carrier.

Namun, dalam perjalannya, NAM Air berubah menjadi sebuah perusahaan penerbangan feeder, yang mana melayani rute lanjutan dari rute milik Sriwijaya Air. Lebih spesifiknya, NAM Air merupakan sebuah maskapai penerbangan feeder kelas medium.

Armada utama dari maskapai penerbangan ini adalah Boeing 737-500, yang memanfaatkan konfigurasi 120 tempat duduk. Jenis pesawat lainnya yang pernah dimiliki oleh maskapai ini adalah ATR 72.

Sama seperti Sriwijaya Air, penerbangan pertama yang dilakukan oleh NAM Air adalah Jakarta-Pangkal Pinang. Penerbangan tersebut terjadi pada tanggal 11 Desember 2013. Menurut situs Planespotters, saat ini NAM Air memiliki 11 pesawat, yang mana semuanya adalah Boeing 737-500.

Namun, hanya 3 yang beroperasi. 8 pesawat lainnya tidak beroperasi, yang mana 5 diantaranya parkir di Bandara Juanda.

4. NAM Flying School

NAM Flying School

Berbeda dengan NAM Air, NAM Flying School memiliki sebuah kepanjangan. Kata NAM merupakan kepanjangan dari National Aviation Management, yang memiliki arti “Manajemen Aviasi Nasional” dalam Bahasa Indonesia.

Namun, kebanyakan orang lebih mengenal usaha ini dengan NAM Flying School. Sesuai dengan namanya, sumber kekayaan Chandra Lie ini merupakan sebuah sekolah penerbangan. Sekolah ini berada di Bandara Depati Amir, Pangkal Pinang.

Sekolah penerbangan ini awalnya beroperasi di dekat Bandara Soekarno-Hatta, tepatnya di Pangkal Pinang & Training Centre. Namun, dengan bantuan Kapten Soenaryo Yosopratomo, Lie bersaudara membuat NAM Flying School di tahun 2008 dan memindahkan tempat operasi ke Pangkal Pinang.

PT. National Aviation Management diresmikan pada tahun 2010, yang mana dibekali dengan PSC No. 141/009. Dengan adanya sertifikat tersebut, NAM Flying School bisa melaksanakan beberapa program pendidikan, antara lain:

  • Kursus pilot pribadi.
  • Kursus pilot komersial.
  • Kursus instrument rating.
  • Kursus flight instructor.
  • Kursus aircraft type rating.
  • Kursus special preparation.

Lama masa pendidikan dari setiap program adalah selama 10 hingga 12 bulan. Lulusan dari sekolah ini sudah bekerja di berbagai maskapai penerbangan. Selain Sriwijaya Air dan NAM Air, lulusan NAM Flying School tersebar di Air Asia, Garuda Indonesia, Batik Air, Lion Air, dan maskapai lainnya.

Aset Chandra Lie

Aset Chandra Lie

Kekayaan Chandra Lie dalam bentuk barang pribadi seperti rumah, mobil, dan tanah, tidak diketaui oleh publik. Namun, dalam hal bisnis, pengusaha asal Pangkal Pinang ini diketahui merupakan pemilik sekaligus CEO dari Sriwijaya Air Group.

Swirijaya Air Group sendiri berisikan beberapa usaha, antara lain:

  • Swirijaya Air.
  • NAM Air.
  • NAM Flying School.
  • National Aircrew Management.
  • National Aircraft Maintenance.
  • Negeri Aksara Mandiri.

Sayangnya, nominal dari seluruh kekayaan Chandra Lie saat ini tidak diketahui. Yang bisa kita ketahui adalah group yang dipimpin olehnya masih beroperasi dan sangat memungkinkan untuk bangkit kembali.

Leave a Comment