Sistem ekonomi Ali Baba merupakan sistem atau kebijakan ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di tanah air. Tapi, mengapa sistem Ali Baba gagal dalam memperbaiki perekonomian Indonesia? Inilah yang menarik karena ada banyak faktor.
Sebuah sistem ekonomi tentu dirumuskan mengikuti dengan perkembangan banyak hal yang terjadi pada saat sistem tersebut dibuat. Misalnya kondisi politik, ekonomi termasuk sosial masyarakat yang tengah terjadi pada saat itu. Inilah yang terjadi dengan sistem ekonomi Ali Baba.
Latar Belakang Sistem Ekonomi Ali Baba
Mr. Iskaq Tjokrohadisuryo adalah seorang Menteri Perekonomian yang pertama kali mengenalkan sistem ekonomi Ali Baba. Beliau menjabat sebagai Menko dari Agustus 1954 sampai Agustus 1955 di kabinet Ali Sastroamidjojo I. Sistem ekonomi ini dikenal identik dengan pengusaha Tionghoa dan Pribumi.
Pengusaha Pribumi kemudian disebut sebagai Ali, dan pengusaha Tionghoa dikenal dengan sebutan Baba. Sistem Ekonomi Ali Baba ini tidak berbeda dengan sistem ekonomi lain. Sistem ini memberikan banyak kemudahan bagi para pengusaha dan rakyat secara umum pada waktu yang bersamaan.
Dari gambaran di atas, bisa dilihat bahwa sistem perekonomian Ali Baba ini sebagai wujud perpaduan antara ekonomi China dengan masyarakat Pribumi. Hal ini tidak bisa dipisahkan dari latar belakang disebutnya sebagai sistem ekonomi Ali Baba.
Ya, ini karena sistem Ali Baba menggambarkan 2 tokoh penting dalam perekonomian kala itu, yakni Ali sebagai seorang Pribumi dan Baba yang seorang Tionghoa. Oleh sebab itu, keduanya memiliki tugas dan tanggungjawab masing-masing untuk memuluskan kebijakan sang menteri.
Sebagai contoh, dalam sistem perekonomian Ali Baba, seorang Pribumi memiliki tugas penting. Tugas ini berkaitan dengan menyediakan sumber daya manusia yang terlatih dan bertanggungjawab. Sehingga nantinya akan tercipta tenaga kerja yang handal dan mumpuni.
Perbedaan Skills yang Ciptakan Kesenjangan
Jika begitu, mengapa sistem Ali Baba gagal dalam memperbaiki perekonomian Indonesia? Pertanyaan ini membutuhkan penjelasan yang mendetail. Ini karena pada kenyataannya yang terjadi tidaklah semulus harapan yang diinginkan.
Memang, di awal disepakati bahwa Pribumi akan menyiapkan para kandidat yang mampu menduduki jabatan dan pekerjaan tertentu. Singkatnya, Pribumi dituntut untuk menciptakan tenaga kerja yang siap pakai kapan saja. Adapun peran pemerintah hanya sebatas penyedia atau pemberi lisensi saja.
Ini termasuk pemberian kredit bagi pengusaha dengan tujuan untuk pengembangan usaha baik untuk swasta maupun nasional. Selain itu, pemerintah juga diharapkan untuk memberikan perlindungan dan naungan bagi perusahaan sehingga perusahaan ini mampu bersaing dengan perusahaan asing.
Hanya saja, kenyataannya tidak demikian. Pengusaha Pribumi minim akan pengalaman sehingga hanya menjadi alat untuk pengajuan kredit pada pemerintah. Di sisi lain, pengusaha non Pribumi memiliki kemampuan dan pengalaman yang jauh lebih baik.
Tentu saja, perbedaan dalam sistem ekonomi Ali Baba ini pada akhirnya menciptakan kesenjangan. Kesenjangan ini tentu saja akan memberikan dampak negatif pada kegiatan ekonomi. Ini hanya salah satu sebab kegagalan sistem Ali Baba. Ada beberapa penyebabnya seperti yang akan dijelaskan di bawah.
Tujuan Sistem Ekonomi Ali Baba
Ada beberapa faktor yang menjadi sebab mengapa sistem Ali Baba gagal dalam memperbaiki perekonomian Indonesia. Tapi sebelum itu, perlu diketahui pula bahwa ada beberapa tujuan sistem ekonomi Ali Baba yang baik untuk kondisi ekonomi nasional saat itu.
Berikut ini beberapa tujuannya:
- Diharapkan pengusaha Pribumi lebih memiliki keahlian yang mumpuni, lebih maju, sukses dan berkembang
- Pengusaha Pribumi memiliki andil yang luas serta turut dalam memajukan perekonomian secara nasional
- Pengusaha nasional semakin tumbuh dan berkembang bahkan bisa lebih baik lagi
- Merubah total sistem ekonomi warisan penjajah kolonial dan menciptakan sistem ekonomi nasional sesuai harapan
- Bangsa Indonesia bisa lebih maju secara umum dengan adanya kerjasama yang sah dan didukung pemerintah antara warga pribumi dan non pribumi
Untuk mendukung tujuan tersebut, pemerintah juga telah melakukan beberapa kebijakan seperti:
- Baik lisensi pengusaha maupun lisensi kredit disediakan langsung oleh pemerintah.
- Pemerintah memberikan perlindungan terhadap pengusaha nasional agar mampu bersaing dengan pengusaha asing secara adil.
Memang, sistem Ali Baba ini lebih konkret dan dekat dalam mewujudkan pengusaha Pribumi yang memiliki daya saing dengan pengusaha asing. Hanya saja, ini tidak bisa lepas dari berbagai hambatan sehingga berakhir dengan kegagalan.
Mengapa Sistem Ali Baba Gagal dalam Memperbaiki Perekonomian Indonesia?
Walau bertujuan sangat bagus dan didukung oleh pemerintah, pada kenyataannya sistem ini gagal. Paling tidak, ada 8 penyebab mengapa sistem Ali Baba gagal dalam memperbaiki perekonomian Indonesia. 8 poin ini tidak bisa lepas dari kondisi ekonomi dan politik negara kala itu.
1. Kondisi Rakyat Sangat Buruk
Sistem ekonomi Ali Baba diberlakukan saat negara menggunakan sistem demokrasi terpimpin. Di masa ini, walau pemerintah telah berupaya untuk mengurangi permasalahan rakyat, tetap saja kondisi rakyat sangat buruk.
Rakyat di banyak daerah dalam kondisi yang menderita. Ketimpangan sosial juga terjadi. Ini juga disebabkan akibat dari distribusi makanan yang tidak merata. Ini menyebabkan sistem Ali Baba tidak bisa berjalan secara maksimal.
2. Inflasi
Sejak diterapkannya ekonomi Ali Baba, percetakan uang bisa dikatakan tidak bisa terkontrol dengan baik. Pasalnya, uang ini digunakan untuk membiayai berbagai macam proyek skala besar yang sedang berlangsung. Inflasi pun tidak bisa dielakkan.
Kabarnya, angka inflasi ini mencapai 300%. Inilah yang membuat pemerintah bergerak cepat untuk mengatasi permasalahan inflasi dengan memotong angka rupiah. Sebagai contoh, untuk Rp1.000 dipotong menjadi Rp100.
Sayangnya, walau sudah dilakukan pemotongan angka rupiah, inflasi tetap tinggi. Tidak ada hasil yang signifikan dari kebijakan tersebut. Akibatnya, harapan ekonomi yang kian membaik setelah ekonomi Ali Baba diaplikasikan, belum juga terwujud.
3. Penyalahgunaan Kredit
Kegagalan sistem ekonomi Ali Baba berikutnya adalah karena penyalahgunaan kredit pemerintah oleh pengusaha Tionghoa. Semestinya, Ali Baba mampu memudahkan rakyat asli sebagai pengusaha pribumi untuk tumbuh dan maju sehingga mereka setara dengan pengusaha asing atau Tionghoa.
Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Pengusaha Tionghoa bahkan sangat diuntungkan secara sepihak. Ini karena adanya penyalahgunaan kredit yang seharusnya diberikan pada pengusaha Pribumi justru dimanfaatkan oleh pengusaha Tionghoa.
Pengusaha lokal yang minim akan pengalaman dan pengetahuan telah menjadi alat bagi pengusaha asing untuk mendapatkan kredit dari pemerintah. Artinya, kredit yang seharusnya dapat dinikmati oleh pengusaha lokal, justru pengusaha Tionghoa-lah yang memanfaatkannya.
4. Kondisi Politik Tidak Stabil
Mengapa sistem Ali Baba gagal dalam memperbaiki perekonomian Indonesia? Tentu ini tidak bisa lepas dari kondisi politik yang tidak stabil saat itu. Beberapa contohnya seperti persoalan TNI AD, pertarungan ideologi, berbagai konflik baru yang muncul dan banyak lagi.
Pertarungan ideologi ini bahkan terjadi hingga di daerah-daerah. Ini termasuk juga perseteruan antara kubu nasionalis dan kubu pemuka agama. Bagaimanapun, kondisi politik yang tidak stabil turut andil dalam menggagalkan sistem ekonomi Ali Baba.
Jadi, mengapa sistem Ali Baba gagal dalam memperbaiki perekonomian Indonesia? Sekarang jawabannya sudah bisa diketahui. Ada banyak sekali permasalahan yang terjadi kala itu baik permasalahan di daerah maupun di pusat, termasuk yang paling utama adalah penyalahgunaan wewenang kredit.