2 Metode Pencatatan Persediaan Barang dan Penilaiannya

Dalam sebuah perusahaan, metode pencatatan persediaan penting dilakukan supaya dapat mengatur ketersediaan produk, merancang laporan laba rugi, dan lain sebagainya.

Apabila Anda ingin membuka usaha dan tertarik untuk mempelajari metode pencatatan persediaan lebih dalam, maka artikel ini merupakan tempat yang tepat. Sebab, kami akan membahas hal ini sampai ke akarnya.

Definisi Persediaan Barang Dagang

Definisi-Persediaan-Barang-Dagang

Persediaan adalah salah satu unsur dari aktiva yang sifatnya likuid dan nilainya tinggi. Investasi dalam persediaan umumnya menjadi aktiva yang paling besar dari perusahaan dagang dan manufaktur.

Pada perusahaan manufaktur, persediaan merupakan barang-barang yang digunakan untuk produksi selanjutnya.

Mengapa Persediaan Penting?

Mengapa-Persediaan-Penting

Seperti yang sudah disebutkan, metode pencatatan persediaan barang dagang merupakan elemen atau unsur dari aktiva yang sangat aktif dalam operasi perusahaan dagang. Hal tersebut dikarenakan penjualan dan pembelian barang dagang adalah aktivitas atau transaksi yang paling sering dilakukan.

Dalam laporan keuangan, persediaan adalah hal yang sangat penting, karena laporan laba rugi dan neraca tidak bisa disusun tanpa mengetahui nilai persediaan barang dagang.

Kesalahan ketika penilaian persediaan barang akan mengakibatkan kesalahan dalam laporan laba rugi atau neraca. Pada perhitungan laba rugi persediaan barang, baik nilai persediaan awal atau akhir akan mempengaruhi besarnya HPP (Harga Pokok Penjualan).

Persediaan barang menjadi bagian terbesar dari keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan. Biasanya, persediaan barang dinilai antara harga perolehan dengan harga pasar.

Pemisahan persediaan barang dagang mengikuti pokok pikiran yang mencakup jenis barang yang cukup banyak dan menjadi bagian yang cukup dari keseluruhan aktiva perusahaan.

Jenis-jenis Persediaan Barang

Pada dasarnya, pembagian jenis persediaan barang tergantung dengan jenis perusahaan itu sendiri. Pada perusahaan manufaktur, persediaan dibagi menjadi 3 (tiga) jenis, yakni:

1. Bahan Mentah atau Bahan Baku (Raw Material)

Bahan-Mentah-atau-Bahan-Baku-Raw-Material

Bahan mentah adalah bahan atau barang yang diperoleh dalam keadaan yang harus oleh atau dikembangkan lagi. Bahan ini akan menjadi bagian utama dari produk jadi.

Bahan baku yang akan diolah atau melalui proses produksi dikelompokkan lagi menjadi 2 (dua), yaitu langsung dan tidak langsung.

a) Bahan baku langsung

Bahan baku langsung atau direct material merupakan semua bahan baku yang menjadi bagian dari barang jadi yang akan dihasilkan. Misalnya, pada perusahaan roti bahan baku langsungnya adalah tepung gandum

b) Bahan baku tidak langsung

Bahan baku tidak langsung atau indirect material merupakan bahan yang berperan dalam proses produksi, tetapi tidak langsung tampak atau jumlahnya yang relatif kecil dibandingkan bahan baku langsung.

Misalnya, pada perusahaan roti bahan baku tidak langsungnya adalah meses.

2. Bahan dalam Proses (Work in Process)

Bahan-dalam-Proses-Work-in-Process

Bahan dalam proses merupakan persediaan barang yang belum selesai proses produksinya, sehingga belum siap dijual atau dipasarkan.

3. Barang Jadi (Finished Good)

Barang-Jadi-Finished-Good.

Barang jadi adalah barang yang telah selesai diproduksi atau dikerjakan, sehingga siap untuk dijual atau didistribusikan lebih lanjut. Barang jadi menjadi hasil produk dari suatu industri, baik sebagai hasil akhir atau sebagai bahan yang akan diproses lebih lanjut.

Fungsi Persediaan Barang

Fungsi-Persediaan-Barang

Menurut Heizer dan Render (2011), persediaan barang memiliki fungsi sebagai berikut:

  1. Sebagai persediaan tambahan apabila sewaktu-waktu terjadi kenaikan permintaan barang, sehingga perusahaan mampu memenuhi kebutuhan produksi serta distribusi.
  2. Mendapatkan keuntungan tambahan dari potongan harga, karena biasanya pembelian dalam jumlah besar mampu menurunkan biaya persediaan.
  3. Mengatasi perubahan harga dan inflasi.
  4. Menjaga supaya operasi dapat berlangsung dengan baik menggunakan barang yang sedang dalam proses, karena membutuhkan waktu untuk memproduksi suatu barang.

Supaya keempat fungsi persediaan di atas dapat berjalan efektif, maka perusahaan perlu melakukan optimalisasi persediaan dengan cara manajemen persediaan.

Metode Penilaian Persediaan Barang

Metode-Penilaian-Persediaan-Barang

Sebelum membahas metode pencatatan persediaan, mari kita ketahui terlebih dahulu 3 (tiga) metode penilaian persediaan barang.

Metode FIFO (First In First Out)

Metode ini menerapkan barang dagang yang pertama kali dijual merupakan yang pertama kali masuk. Misalnya, setelah Anda membeli barang dari supplier, maka pada saat yang sama Anda akan menjualnya langsung

Metode FIFO dianggap yang paling logis dan terpercaya, sebab mampu mengurangi risiko penurunan kualitas barang yang disimpan. Biasanya, perusahaan yang produknya tidak tahan lama atau model dari produknya cepat berubah akan menerapkan metode ini.

Metode LIFO (Last In First Out)

Seperti namanya, metode LIFO menerapkan barang yang dijual terlebih dahulu adalah barang yang paling akhir diproduksi, begitu juga sebaliknya. Metode ini banyak diterapkan pada perusahaan dengan produk yang tidak cepat berubah bentuk, seperti pakaian, sepatu, material, dan lain sebagainya.

Metode Average

Metode average adalah ‘jalan tengah’ antara metode FIFO dan LIFO. Perusahaan yang menerapkan metode ini akan menggunakan persediaan barang yang ada, tanpa memperhatikan item mana yang masuk lebih awal atau lebih lambat.

Dengan menggunakan metode ini, maka pengusaha akan mengeluarkan barang dengan membagi jumlah dari persediaan barang dan persediaan unit yang terdapat di tempat penyimpanan.

Metode Pencatatan Persediaan Barang

Metode-Pencatatan-Persediaan-Barang

Pencatatan persediaan memiliki fungsi untuk mendeteksi persediaan barang, mengidentifikasi perputaran barang yang masuk dan keluar, mengurangi risiko kehilangan barang, merancang laba rugi perusahaan, serta memberikan data permintaan barang.

Perlu diketahui juga bahwa pencatatan harus dilakukan dengan akurat dan rapi, supaya keuntungan perusahaan dapat tercapai sesuai atau melebihi target.

Mengingat pencatatan persediaan barang memiliki fungsi yang sakral, maka pengusaha wajib mempelajari metode pencatatan persediaan barang, berikut penjelasannya.

Metode Periodik

Pada metode ini, pencatatan dilaksanakan saat akhir periode penjualan, sehingga persediaan barang tidak langsung dicatat ketika terjadi transaksi. Metode periodik disebut juga dengan metode fisik, sebab pencatatan barang dagang dilaksanakan dengan cara mengecek langsung ke lapangan.

Walaupun jumlah persediaan barang hanya dicatat ketika akhir periode, tetapi setiap terjadi transaksi penjualan tetap dicatat.

Kelebihan dari metode periodik yaitu perusahaan dapat mengetahui jumlah stok dalam gudang, sehingga persediaan dapat diketahui dengan akurat.

Metode fisik atau periodik cocok diterapkan pada perusahaan yang mempunyai volume barang yang banyak serta frekuensi penjualan yang tinggi, seperti pada perusahaan makanan.

Metode Permanen atau Perpetual

Metode permanen atau perpetual merupakan metode pencatatan persediaan barang dengan mencatat persediaan setiap terjadi transaksi penjualan. Sehingga, apabila terdapat transaksi penjualan yang memengaruhi perubahan persediaan barang, maka rekening persediaan akan dicatat saat itu juga.

Keunggulan dari metode perpetual yakni pihak perusahaan tidak perlu melakukan perhitungan fisik (stock opname) kembali, karena perusahaan sudah tahu jumlah persediaan barang ketika transaksi tersebut.

Metode pencatatan perpetual diterapkan pada perusahaan dengan barang dagang yang nilai jualnya tinggi. Contohnya yaitu perusahaan yang memproduksi emas, mobil, barang elektronik, dan masih banyak lagi.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kedua metode pencatatan persediaan barang memiliki karakteristik dan kelebihannya masing-masing. Anda cukup menganalisis kira-kira metode mana yang cocok dengan produk yang dihasilkan.

Leave a Comment